MEKANISME PERHITUNGAN IPLM & TGM TAHUN 2025

Penulis/Pemilik:

Tim Kajian Semua Jenis Perpustakaan Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca

Diunggah oleh:

Aditya Andriansyah Permanajati

Jenis Materi:

Pdf

Tanggal Unggah:

09 Sep 2025

Dilihat:

0 kali

Abstrak:

Dokumen "IPLM_TKM_2025.pdf" membahas mekanisme perhitungan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dan Tingkat Kegemaran Membaca (TKM) untuk tahun 2025 yang disusun oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Berikut ringkasan utamanya:

1. Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM)
Tujuan: Mengukur upaya pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam membina dan mengembangkan perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat, serta mengetahui kondisi perpustakaan (sebaran, koleksi, tenaga, pemustaka, anggota).
Metode Pengumpulan Data: Sensus dan pengisian data pada Aplikasi Pendataan Perpustakaan Nasional oleh Dinas Perpustakaan Daerah (38 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota).
Rumus IPLM: (Jumlah Data UPLMi dari Semua Jenis Perpustakaan : Aspek Masyarakat) / 7 Standarisasi (Ki) x 100. Unsur Pembangunan Literasi Masyarakat (UPLM) mencakup pemerataan layanan, kecukupan koleksi, kecukupan tenaga, tingkat kunjungan, jumlah perpustakaan dibina, keterlibatan masyarakat, dan anggota perpustakaan.
Skala Indeks: Sangat Rendah (0-29.9), Rendah (30-49.9), Sedang (50-79.9), Tinggi (80-89.9), Sangat Tinggi (90-100).
Kualitas Data (Evaluasi IPLM 2024):
Rata-rata keterisian data KTAK (Koleksi, Tenaga, Anggota, Kunjungan) hanya 11%, dengan kolom kunjungan terisi 2%.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki tingkat keterisian 55%, lebih tinggi dari provinsi lain.
Perpustakaan perguruan tinggi memiliki keterisian tertinggi (46%).
Jumlah total perpustakaan per 31 Desember 2024 adalah 219.415 (terbanyak perpustakaan sekolah: 155.903).
Tabel detail kualitas data menunjukkan persentase data kosong untuk berbagai variabel seperti jumlah eksemplar, jumlah judul, tenaga teknis, pustakawan, kunjungan, kegiatan sosialisasi, peserta sosialisasi, dan anggota. Kunjungan memiliki persentase data kosong tertinggi (57.39%).
Uji Rumus IPLM 2024: Model regresi OLS menunjukkan R-squared 0,251, menandakan model menjelaskan 25% variasi IPLM. Terdapat indikasi multikolinearitas pada UPLM1 dan UPLM5.
Instrumen IPLM 2025 (Rekomendasi IPLM-Baru):
Dimensi Kepatuhan/Compliance: Jumlah koleksi (cetak/elektronik, penambahan), jumlah pustakawan sesuai kualifikasi, jumlah tenaga teknis perpustakaan, jumlah tenaga perpustakaan yang mengikuti PKB. Bobot untuk dimensi ini adalah 30.
Dimensi Kinerja/Performance: Pemanfaatan koleksi (cetak/elektronik), jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan penguatan baca/literasi, jumlah masyarakat yang memanfaatkan perpustakaan (luring/daring, TIK), jumlah kegiatan penguatan budaya baca/literasi, jumlah kolaborasi/kerjasama, variasi layanan, dokumen kebijakan/prosedur layanan. Bobot untuk dimensi ini adalah 70.
Langkah Perhitungan IPLM 2025: Pembersihan data, transformasi data (Yeo Johnson), normalisasi data (min-max), perhitungan nilai indeks.
Nilai Indeks Tertimbang: TPLM.Index{i} = Σ(wj * UPLMij), dimana wj = pembobotan indikator ke-j dan UPLMij = nilai hasil normalisasi.
Perhitungan IPLM per Tingkat:
IPLM Kabupaten/Kota = (Indeks PU + Indeks SD/SMP) / 2
IPLM Provinsi = (Indeks PU + Indeks SMA, SMK & SLB) / 2
IPLM Nasional = (Indeks PT + Sekolah Agama + PerpKhusus) / 3
Kesimpulan IPLM 2025: Tidak mengambil semua jenis perpustakaan (sesuai UU Otonomi Daerah), komponen data hanya data proses bisnis perpustakaan, memberikan informasi lebih detail tentang kondisi perpustakaan di daerah.
2. Tingkat Kegemaran Membaca (TKM)
Elemen (Fase) TKM: Pra Membaca, Saat Membaca, Pasca Membaca.
Fase Pra Membaca: Membahas teori motivasi membaca (minat intrinsik/ekstrinsik, tujuan membaca, keyakinan diri), ketersediaan bahan bacaan, frekuensi membaca sebelumnya, durasi membaca, lingkungan mendukung, dan sosialisasi literasi (modeling orang tua, pengarahan guru, pengaruh teman sebaya, nilai sosial membaca, norma/budaya membaca, partisipasi komunitas, akses ke media budaya).
Fase Saat Membaca: Fokus pada teori perilaku membaca (strategi pemahaman, interaksi dengan teks, pemantauan pemahaman) dan teori literasi sosial (diskusi teks, kolaborasi membaca, negosiasi makna, praktik sosial kontekstual).
Fase Pasca Membaca: Meliputi teori dampak membaca (perkembangan kognitif, sosial, emosional) dan teori nilai-ekspektansi (ekspektansi keberhasilan, nilai tugas).
Variabel Y (Ekstra) : Interaksi dengan Perpustakaan: Dibagi menjadi pasif (akses fisik & digital, frekuensi kunjungan) dan aktif (motivasi menggunakan, interaksi dengan pustakawan, pemanfaatan koleksi digital & cetak, penerapan pengetahuan, rekomendasi & berbagi informasi, kepuasan layanan).
Prosedur Perhitungan TKM:
Pembersihan Data.
Perhitungan Skor Indeks per Responden: Skor rata-rata dihitung untuk masing-masing responden. Indeks tertimbang total dihitung sebagai rata-rata dari ketiga skor Elemen TKM (Pra-Membaca: 15%, Saat-Membaca: 50%, Pasca-Membaca: 35%).
Agregasi Skor per Kabupaten/Kota: Indeks per responden dikelompokkan berdasarkan kabupaten/kota, kemudian dihitung skor rata-rata indeks per kabupaten/kota.
Normalisasi Skor ke Rentang 0-1: Nilai indeks dinormalisasi menggunakan teknik min-max scaling agar distribusi nilai dapat dipetakan secara konsisten terhadap fungsi distribusi normal.
Validitas Uji Coba Indeks TKM: Menjelaskan justifikasi ilmiah untuk setiap tahapan, mulai dari konstruksi indikator, pengukuran skala (Likert), uji validitas/reliabilitas (Cronbach's Alpha), penghitungan skor fase, indeks tertimbang, normalisasi (min-max scaling), hingga visualisasi distribusi.
Langkah Pengembangan Indeks TKM: Penyusunan Perka, penyiapan sistem pengumpulan data sampling (400 responden/kab-kota), dan sosialisasi.

Buka Materi